Belajar Hidup Part II (Menjalani Kesalahan)

Jumat, 11 November 2011
Siapapun kita, sesuci apapun seseorang, pastilah ia pernah melakukan kesalahan dalam hidupnya. Kesalahan besar ataupun kecil, tetaplah itu sebuah kesalahan. Kesalahan itu bukan timbul dari suatu ptoses yang tanpa teknis dan trik. Melainkan kesalahan itu seringkali dalam proses yang telah kita konsep sedemikian rupa. Lalu apa yang terjadi disana, hingga dalam suatu proses yang berkonsep hebat sekalipun tetap saja kesalahan itu muncul dan melahirkan kegagalan. Karena kita adalah manusia tempatnya salah dan lupa. Itu adalah alasan mendasar yang membuat kita menjadi manusia penuh kesalahan dan kegagalan. Tetapi apalah guna Tuhan menciptakan kita dengan julukan ”makhluk yang sempurna” jika kita hanya tercipta untuk menikmati kegagalan dari sebuah kesalahan. Bisakah kita menjadikan kalahan itu menjadi sebuah keberhasilan? Dimanakah letak kesempurnaan kita?
Jawabannya ”BISAAA!!”


Richard Farson dan Ralph Keyes, penulis buku ”Whoever Makes The Most Mistakes Win” menuturkan bahwa walaupun semua orang tahu bahwa kita harus belajar dari setiap kesalahan dan kegagalan, kebanyakan orang justru kemudian menghindari kesalahan dan kegagalan. Ironisnya, belajar dari kesalahan dan kegagalan tidak jarang membuat orang justru lebih berhati-hati. Yang mereka lakukan adalah menghindari kesalahan dan kegagalan. Akibatnya mereka menjadi “safe player”, atau pemain yang mencari aman-aman saja. Apa yang gelap dan misterius, menjadi ketakutan untuk dijelajahi. Maka setelah itu, terjadilah gagal inovasi. Padahal kesalahan dan kegagalan seringkali menjadi bibit inovasi. Jadi jangan heran kalau inovasi itu memang mahal ongkosnya.

Apa yang harus dilakukan agar kesalahan kita bisa kita jadikan sumber keberhasilan. Apakah kegagalan kita dalam “bercinta” harus kita hiasi dengan sebuah lamunan yang diiringi lagu2 melankolis dan menangisinya seperti di sinetron2? Apakah kegagalan bisnis kita harus di akhiri dengan sebuah kata “itu mungkin bukan dunia saya”, atau mungkin dengan hanya mengatakan “itu takdir saya” lalu kita melewatkan peluang keberhasilan di bidang itu? Setiap manusia telah diwarisi potensi untuk berhasil dalam segala bidang, hanya saja terkadang kita terlalu selektif dalam menentukan keberhasilan itu sendiri, dan terlalu mempersempit makna dari keberhasilan itu sendiri. Lalu seperti apakah keberhasilan itu? (akan di bahas di bagian selanjutnya)

Kesalahan adalah tindakan yang terjadi diluar aturan mainnya. Sedang kegagalan adalah kenyataan di luar keinginan yang terjadi akibat kurangnya sarat untuk meraih keberhasilan, tapi kesalahan tidak bisa dijadikan alasan atas kegagalan. Kesalahan bukanlah biang kegagalan, karena justru kesalahan adalah jalan keberhasilan dan kegagalan adalah tangga pertamanya.

Menjalani kesalahan adalah belajar dari kesalahan itu sendiri. Bagaimana dahulu kita bisa melakukan kesalahan itu, maka pelajari dan perbaikilah. Bukan menghindari, karena kesalahan yang sama justru akan kembali terjadi ketika “perasaan menghindari itu berbuah menjadi kehati-hatian yang over”. Berhati-hati sungguhlah perbuatan yang baik, namun jika kehati-hatian itu tidak diseimbangkan dengan kengototan maka juatru kehati-hatian akan membawa kita pada kesalahan yang sama. Seperti kata Richard Farson dan Ralph Keyes tadi “berhati-hati akan menjadikan kita sebagai safe-player dan cenderung menutup diri untuk menembus ruang-ruang misterius”. Padahal jelas sekali hidup ini adalah misteri, apa yang akan terjadi nanti atau esok hari adalah apa yang kita tidak tau saat ini. Tetapi dengan mempelajari hari kemarin dan menjalani hari ini dengan baik, maka hari esok akan terasa mudah dan seolah telah tertebak.

Masuklah kedalam ruang gelap itu, lalu berjalanlah perlahan, gunakan lilin di jiwa kita untuk menapaki dan mempelajari setiap sisi di dalamnya. Karena pada hakikatnya setiap sisi di ruangan itu sama, ada pintu masuk dan pintu keluarnya, seperti halnya kita telah melalui ruang hari kemarin hingga kita memasuki ruang hari ini. Apakah kita berhasil melalui hari kemarin dengan hasil yang menggembirakan? Artinya, apakah hari ini lebih baik dari hari kemarin? Jika ia, berarti kita telah melalui hari kemarin dari pintu keluarnya. Jika tidak, berarti kita masih keluar dari pintu masuk hari kemarin. Artinya kita masih hidup di masa lalu.

Manusia tidak boleh melupakan masa lalunya, karena itu tidak bisa dilakukannya. Peristiwa pahit yang terjadi di masa lalu bukanlah hal yang harus dilupakan, karena memang takan bisa dilupakan. Masih terlalu banyak orang yang menyalahkan masa lalu atas kegagalannya hari ini. Mereka berkata “jika bukan karena peristiwa itu, saya g akan menjadi seperti ini”. Sangatlah pantas jika karakter, prinsip dan paradigma seseorang itu berubah dikarenakan peristiwa pahit yang menimpanya di masa lalu. Tapi tetaplah hidup itu tak bisa disalahkan, karena ia telah berjalan dengan seharusnya. Jangan bertanya “kenapa hidup ini seperti ini atau seperti itu”..tetapi tanyalah diri kita sendiri..kenapa kita menjalani hidup itu seperti ini ??

Pengalaman hidup telah banyak merubah cara pandang seseorang. Sadarilah betapa berpengaruhnya sebuah kesalahan yang kita lakukan di masa lalu, baik itu member pengaruh baik ataupun buruk. Maka patutkah kita hindari kesalahan dan menjadi orang yang hanya mencari aman saja? Jalanilah kesalahan itu dengan mempelajarinya. Jadikan pengalaman sebagai acuan dan kepercayaan akan diri sendiri sebagai kekuatan. Dan ingatlah selalu bahwa Tuhan mencintai manusia-manusia yang berusaha bukan manusia yang lemah karena melemahkan dirinya.

Kesalahan kita adalah kesalahan dalam menghadapi sesuatu. Kita salah dalam mengartikan kegagalan, salah dalam mengartikan kekalahan dan salah dalam menghadapi segala sesuatu yang mengecewakan. Kita cenderung tak mau menerima sisi pahit dalam kehidupan. Padahal disanalah tanda bahwa kita hidup. Seandainya kita lari dan menghindar dari yang namanya kenyataan pahit…lalu dimanakah tanda kehidupan kita? Sesekali naiklah ke permukaan atau angkat kepalan tangan kita saat kita di tengah kenyataan pahit, agar dunia tau bahwa kita masih hidup dan inilah kehidupan itu seharusnya. Jangan sampai dunia menganggap kita sebagai bangkai berjalan hanya karena pikiran kita masih terjajah pahitnya masa lalu dan menjadi manusia yang tak mau mencoba sebuah kenyataan baru.

Masa lalu itu masa yang telah berlalu dan kenyataannya kita telah melaluinya. Lalu apa yang akan kita katakan pada diri kita tentang hari ini? Apakah akan kita jawab “hari ini sama seperti kemarin”???

Yakinlah bahwa selalu ada terang sehabis gelap, selalu ada matahari setelah malam ini. Selalu ada bahagia selepas derita ini. Selalu ada senyum bahagia bagi orang-orang yang selalu melihat sisi positif dari kenyataan sepahit apapun. Perbaikilah kesalahan itu dengan menjadi orang yang berfikir positif akan semua hal. Maka tidak akan ada lagi manusia yang mengklaim sesuatu dengan kejelekannya.

0 komentar:

Posting Komentar

my hamster